Nasional

Wayang Kulit Purwa Seni Tradisional yang Sarat Filosofi

Koranriau.co.id-

Wayang Kulit Purwa: Seni Tradisional yang Sarat Filosofi
Dalang Ki Ardhi Purbo Antono memainkan Wayang Kulit Purwa dengan lakon Wisanggeni Lahir dalam Festival Wayang Indonesia 2015 di halaman Museum Fatahillah, Jakarta(MI/ARYA MANGGALA)

WAYANG Kulit Purwa adalah salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang menggunakan boneka bayangan (wayang kulit) yang dimainkan oleh seorang dalang di balik layar putih dengan cahaya lampu atau blencong.

Wayang ini berasal dari Jawa, khususnya berkembang di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Purwa dalam bahasa Jawa berarti kuno atau asli, sehingga Wayang Kulit Purwa mengacu pada wayang yang mengisahkan cerita-cerita klasik dari kisah Mahabharata dan Ramayana.

Ciri-ciri Wayang Kulit Purwa

  • Terbuat dari kulit kerbau atau sapi yang diukir dengan detail.
  • Memiliki tokoh-tokoh utama dari epos Mahabharata dan Ramayana.
  • Dipertunjukkan dengan iringan gamelan dan suluk (nyanyian dalang).
  • Dalang memegang peran utama sebagai pencerita, penggerak wayang, dan pengatur jalannya pertunjukan.
  • Mengandung nilai-nilai moral, spiritual, dan pendidikan karakter.

Wayang Kulit Purwa merupakan salah satu seni pertunjukan tertua di Indonesia yang memiliki nilai historis, filosofis, dan religius yang tinggi.

Seni ini berkembang terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, serta telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia (2003).

Asal-usul Wayang Kulit Purwa

Wayang kulit purwa diduga berasal dari kebudayaan asli Nusantara yang kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu dan Buddha.

Kata “wayang” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “bayangan”, sedangkan “purwa” berarti “awal” atau “kuno”.

Beberapa teori asal-usul wayang kulit purwa:

1. Teori Asli Nusantara

  • Wayang berkembang sejak zaman kerajaan kuno, seperti Kerajaan Kutai dan Mataram Kuno (abad ke-8 M).
  • Digunakan sebagai media upacara adat dan penyebaran ajaran leluhur.

2. Teori Pengaruh Hindu-India

  • Pada abad ke-10, kisah Mahabharata dan Ramayana diperkenalkan ke Jawa oleh pendeta Hindu dari India.
  • Cerita epos ini kemudian diadaptasi dalam pertunjukan wayang dengan karakter yang lebih lokal.

3. Teori Pengaruh Islam

  • Pada abad ke-15 hingga 16, Sunan Kalijaga (salah satu Wali Songo) menggunakan wayang sebagai media dakwah Islam.
  • Gambar wayang dibuat datar dan berlubang untuk menghindari larangan menggambar makhluk hidup secara utuh dalam Islam.

Perkembangan Wayang Kulit Purwa

  • Zaman Hindu-Buddha: Media penyebaran ajaran Hindu, bercerita tentang Mahabharata dan Ramayana.
  • Zaman Islam: Sunan Kalijaga menyempurnakan bentuk wayang agar lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.
  • Zaman Kolonial Belanda: Wayang tetap bertahan dan berkembang dengan masuknya cerita-cerita lokal.
  • Zaman Modern: Wayang menjadi bagian dari budaya nasional dan sering dipentaskan dalam berbagai acara besar.

Nilai dan Makna Wayang Kulit Purwa

  • Mengandung nilai moral dan pendidikan
  • Simbol perlawanan antara kebaikan dan kejahatan
  • Media dakwah dan hiburan masyarakat
  • Mencerminkan filosofi kehidupan dan kepercayaan masyarakat Jawa

Wayang Kulit Purwa bukan hanya seni pertunjukan, tetapi juga warisan budaya yang kaya akan nilai kehidupan dan sejarah panjang Nusantara.

Berikut Tokoh-tokoh Utama Wayang Kulit Purwa

Wayang Kulit Purwa banyak mengadaptasi kisah Mahabharata dan Ramayana yang diwarnai oleh tokoh-tokoh heroik, bijaksana, hingga tokoh jahat.

1. Tokoh dalam Kisah Mahabharata

Pandawa Lima (Tokoh Protagonis)

Kelima bersaudara ini adalah keturunan Raja Pandu dan sering digambarkan sebagai ksatria yang berbudi luhur.

  • Yudhistira (Puntadewa): Bijaksana, jujur, pemimpin Pandawa
  • Bima (Werkudara): Kuat, berani, setia
  • Arjuna: Tampan, sakti, ahli panah
  • Nakula & Sadewa: Kembar yang cerdas, ahli strategi

Kurawa (Tokoh Antagonis)

Kelompok ini berjumlah 100 bersaudara, dipimpin oleh Duryodana (Suyudana). Mereka terkenal licik dan selalu ingin merebut kerajaan dari Pandawa.

Tokoh Bijaksana dan Dewa

  • Batara Guru: Raja para dewa (versi Hindu: Siwa)
  • Batara Narada: Penasehat para dewa
  • Kresna: Dewa sekaligus penasihat Pandawa

2. Tokoh dalam Kisah Ramayana

Tokoh Utama

  • Rama: Pangeran Ayodhya yang bijaksana
  • Shinta: Istri Rama yang diculik Rahwana
  • Laksmana: Adik Rama, ksatria setia
  • Hanoman: Kera putih sakti yang membantu Rama

Tokoh Antagonis

  • Rahwana: Raja Alengka, menculik Shinta
  • Indrajit: Anak Rahwana yang sakti

3. Tokoh Unik dalam Wayang Kulit Jawa

Selain tokoh dari Mahabharata dan Ramayana, dalam wayang kulit purwa ada tokoh khas Jawa seperti:

  • Semar, Gareng, Petruk, Bagong: Tokoh punakawan (penasihat dan penghibur)
  • Togog & Mbilung: Punakawan versi Kurawa

Tokoh-tokoh dalam wayang ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga menyampaikan pesan moral, filosofi kehidupan, dan ajaran kebijaksanaan dalam budaya Jawa.

Berikut Teknik Pementasan dan Dalang Wayang Kulit Purwa

Pertunjukan Wayang Kulit Purwa merupakan pementasan tradisional yang memiliki teknik pementasan khas, dengan dalang sebagai tokoh utama yang mengendalikan jalannya cerita.

Teknik Pementasan Wayang Kulit Purwa

1, Persiapan Panggung (Kelir dan Blencong)

  • Wayang dimainkan di balik kelir (layar putih), dengan pencahayaan dari blencong (lampu minyak) untuk menciptakan efek bayangan.

2. Dalang sebagai Pengatur Cerita

  • Dalang memainkan wayang, mengatur suara, dan memandu alur cerita.

3. Iringan Gamelan dan Sinden

  • Musik gamelan mengiringi jalannya pertunjukan.
  • Sinden (penyanyi perempuan) dan waranggana melantunkan tembang Jawa untuk menambah suasana.

4. Struktur Pementasan

Dibagi menjadi tiga bagian utama:

  • Pendahuluan (Jejeran): Pembukaan dan pengenalan tokoh.
  • Pertengahan (Perang Gagal dan Perang Besar): Konflik antara kebaikan dan kejahatan.
  • Akhir (Tancep Kayon): Penyelesaian cerita, ditandai dengan wayang gunungan.

Peran dan Fungsi Dalang dalam Wayang Kulit

Dalang adalah tokoh utama dalam pementasan wayang, memiliki peran penting sebagai:

  • Pencerita: Menghidupkan dialog dan narasi cerita.
  • Penggerak Wayang: Mengendalikan lebih dari 10 wayang sekaligus.
  • Pengatur Irama Musik: Memberi aba-aba kepada pengrawit gamelan.
  • Penyampai Nilai Moral: Menyisipkan nasihat dalam cerita.

Wayang Kulit Purwa tidak hanya hiburan, tetapi juga media pendidikan dan penyebaran nilai budaya serta ajaran moral dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Kesimpulan

Jadi, Wayang Kulit Purwa bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan, penyebaran ajaran moral, dan simbol budaya Jawa. (Z-4)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/749002/wayang-kulit-purwa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *