Nasional

Wayang Klithik Wayang Kayu Pipih dengan Ciri Khas Unik

Koranriau.co.id-

Wayang Klithik: Wayang Kayu Pipih dengan Ciri Khas Unik
Seorang perajin mengukir kayu saat menyelesaikan pembuatan wayang klitik kayu di Gemampir, Klaten, Jawa Tengah.(Emporio FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho)

WAYANG Klithik adalah salah satu jenis wayang khas Indonesia yang terbuat dari kayu pipih dan dimainkan dengan cara digerakkan di belakang layar atau secara langsung di depan penonton.

Berbeda dengan Wayang Kulit yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi, Wayang Klithik menggunakan kayu tipis, biasanya kayu waru atau pulang.

Ciri-ciri Wayang Klithik

  • Terbuat dari kayu pipih: Tidak transparan seperti wayang kulit.
  • Dihiasi dengan warna-warni: Biasanya dicat dengan warna cerah dan detail unik.
  • Ukuran lebih kecil dari wayang golek: Biasanya sekitar 30-50 cm.
  • Diiringi gamelan sederhana: Musik pengiringnya lebih sederhana dibandingkan wayang kulit.
  • Cerita dari Panji & Islam: Banyak menceritakan kisah kerajaan Panji, Islam, dan sejarah lokal.

Sejarah dan Asal-usul Wayang Klithik

Wayang Klithik adalah salah satu bentuk seni wayang yang berasal dari Jawa Timur dan berkembang sejak zaman Kerajaan Majapahit (abad ke-14).

Wayang ini terbuat dari kayu pipih dan sering digunakan untuk menceritakan kisah Panji, yang berkaitan dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa.

Asal-usul Wayang Klithik

Wayang Klithik diyakini muncul sebagai bentuk adaptasi dari Wayang Kulit. Saat itu, masyarakat yang tidak memiliki akses ke wayang kulit mulai menciptakan wayang dari kayu tipis agar lebih mudah dibuat dan dimainkan tanpa perlu layar atau lampu minyak.

Nama “klithik” sendiri berasal dari suara khas yang dihasilkan saat wayang kayu ini dipukul atau digerakkan, berbeda dengan suara gemerincing Wayang Kulit yang dimainkan di atas kelir.

Perkembangan Wayang Klithik

  • Zaman Majapahit (abad ke-14): Wayang Klithik mulai dikenal dengan cerita Panji dan sejarah kerajaan Jawa.
  • Zaman Kesultanan Demak (abad ke-15): Digunakan sebagai media dakwah Islam oleh para wali, bersamaan dengan wayang lainnya.
  • Zaman Mataram Islam (abad ke-17): Wayang Klithik semakin berkembang dengan cerita-cerita Islam dan sejarah lokal.
  • Masa Kolonial Belanda: Wayang ini sempat mengalami kemunduran karena kebijakan Belanda yang membatasi kesenian tradisional.
  • Zaman Modern: Mulai dilestarikan kembali di beberapa daerah seperti Jawa Timur dan Yogyakarta.

Cerita dalam Wayang Klithik

Berbeda dengan Wayang Kulit yang banyak menceritakan kisah Ramayana dan Mahabharata, Wayang Klithik lebih sering mengangkat:

  • Kisah Panji: Tentang kepahlawanan Raden Panji dalam dunia kerajaan Jawa.
  • Sejarah Islam: Kisah wali dan penyebaran Islam di Nusantara.
  • Sejarah lokal: Perjuangan pahlawan dan tokoh-tokoh Nusantara.

Fungsi dan Makna

  • Sebagai hiburan rakyat: Dipentaskan di desa-desa untuk menghibur masyarakat.
  • Sebagai media pendidikan: Mengajarkan sejarah, kepahlawanan, dan nilai moral.
  • Sebagai alat dakwah Islam: Digunakan oleh para wali untuk menyebarkan ajaran Islam.

Wayang Klithik adalah salah satu bentuk wayang yang berkembang dari tradisi Majapahit dan tetap eksis hingga sekarang.

Meskipun tidak sepopuler Wayang Kulit, wayang ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, serta masih dipertahankan oleh seniman tradisional di Jawa Timur dan Yogyakarta.

Tokoh Utama dalam Cerita Wayang Klithik

Wayang Klithik memiliki karakter utama yang berbeda dari Wayang Kulit, karena lebih banyak mengangkat kisah Panji, sejarah kerajaan Jawa, dan cerita Islam. Berikut beberapa tokoh utama dalam Wayang Klithik:

1. Raden Panji Inu Kertapati

  • Tokoh utama dalam Kisah Panji dari Kerajaan Jenggala.
  • Seorang pangeran gagah berani yang mencari kekasihnya, Dewi Sekartaji.
  • Melambangkan kesetiaan dan perjuangan cinta.

2. Dewi Sekartaji

  • Putri dari Kerajaan Kediri dan kekasih Panji Inu Kertapati.
  • Sering diculik atau menghilang, sehingga Panji harus berjuang menemukannya.
  • Melambangkan kesucian dan keteguhan hati.

3. Panji Semirang

  • Raden Panji yang menyamar sebagai wanita untuk mencari Sekartaji.
  • Cerdas, lihai, dan penuh strategi dalam menghadapi musuh.
  • Tokoh ini sering muncul dalam cerita petualangan Panji.

4. Klana Sewandana

  • Raja dari kerajaan seberang yang jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji.
  • Karakter antagonis yang sering menjadi musuh Panji Inu Kertapati.
  • Melambangkan keserakahan dan ambisi yang berlebihan.

5. Damarwulan

  • Tokoh dalam kisah legenda Majapahit, seorang ksatria dari kalangan rakyat biasa.
  • Berjuang melawan Menak Jingga, raja dari Blambangan, untuk membela Majapahit.
  • Lambang keberanian dan keadilan dalam melawan tirani.

6. Menak Jingga

  • Musuh utama Damarwulan, raja Blambangan yang kejam dan sakti.
  • Ingin menikahi Ratu Kencana Wungu, ratu Majapahit.
  • Karakternya mewakili kesewenang-wenangan dan kejahatan.

7. Sunan Kalijaga

  • Salah satu Wali Songo yang sering muncul dalam cerita Wayang Klithik.
  • Berperan dalam menyebarkan agama Islam melalui budaya wayang.
  • Karakter ini mewakili kebijaksanaan dan nilai-nilai Islam.

Wayang Klithik memiliki tokoh utama yang berbeda dari Wayang Kulit, dengan fokus pada Kisah Panji, sejarah Majapahit, dan Islam.

Tokoh seperti Panji Inu Kertapati, Damarwulan, dan Sunan Kalijaga menjadi ikon dalam pertunjukan ini karena melambangkan keberanian, kebijaksanaan, dan cinta sejati.

Teknik Pembuatan dan Cara Memainkan Wayang Klithik

1. Teknik Pembuatan Wayang Klithik

Wayang Klithik terbuat dari kayu pipih dan memiliki proses pembuatan yang cukup rumit. Berikut langkah-langkahnya:

Bahan dan Alat

  • Kayu waru atau kayu pule → Kayu ringan tetapi kuat.
  • Pisau pahat kecil → Untuk membentuk detail wayang.
  • Cat dan pewarna alami → Untuk menghias karakter.
  • Lapisan pelindung (vernis) → Agar lebih tahan lama.

Proses Pembuatan

  • Pemilihan Kayu → Kayu dipilih yang ringan tetapi kokoh.
  • Pemotongan dan Pengukiran → Dibentuk sesuai karakter dengan pahatan detail.
  • Pewarnaan → Menggunakan cat alami atau akrilik.
  • Pemasangan Sendi → Beberapa bagian seperti tangan dibuat bisa digerakkan.
  • Finishing → Diberi vernis agar lebih awet dan mengkilap.

2. Cara Memainkan Wayang Klithik

Wayang Klithik dimainkan dengan cara yang mirip dengan Wayang Kulit, tetapi tanpa layar putih (kelir). Berikut langkah-langkahnya:

Peran Dalang

  • Dalang memainkan wayang di atas panggung terbuka atau meja.
  • Menggunakan suara khas untuk setiap karakter.
  • Menggerakkan wayang dengan tangan langsung atau menggunakan tangkai kayu.

Musik Pengiring

  • Biasanya diiringi gamelan sederhana, seperti kendang, saron, dan gong kecil.
  • Irama musik mengikuti adegan, misalnya cepat saat pertempuran dan lambat saat percakapan.

Gerakan Wayang

  • Digerakkan langsung dengan tangan atau menggunakan tangkai kayu.
  • Gerakan tangan dan kepala dibuat lebih ekspresif.
  • Tidak memerlukan layar dan lampu seperti Wayang Kulit.

Wayang Klithik dibuat dari kayu tipis, dengan detail pahatan yang khas. Cara memainkannya tanpa layar, dengan gerakan langsung dan diiringi musik gamelan.

Seni ini tetap dilestarikan di Jawa Timur dan Yogyakarta sebagai bagian dari budaya wayang tradisional.

Peran Wayang Klithik dalam Budaya Jawa

Wayang Klithik memiliki peran penting dalam budaya Jawa, baik sebagai hiburan, sarana pendidikan, maupun media penyebaran ajaran moral dan agama.

1. Sarana Hiburan Tradisional

  • Wayang Klithik dimainkan dalam berbagai acara adat dan hajatan, seperti pernikahan dan khitanan.
  • Pertunjukan ini menghibur masyarakat dengan kisah kepahlawanan, percintaan, dan petualangan.
  • Cerita yang disampaikan sering kali mengandung humor dan pesan moral.

2. Media Pendidikan dan Moralitas

  • Setiap kisah dalam Wayang Klithik mengandung ajaran moral, seperti kejujuran, keberanian, dan kesetiaan.
  • Anak-anak dan generasi muda belajar nilai-nilai budaya melalui pertunjukan ini.
  • Mengajarkan sejarah dan filosofi Jawa melalui kisah Panji dan tokoh-tokoh kepahlawanan.

3. Alat Dakwah dan Penyebaran Islam

  • Sejak zaman Wali Songo, Wayang Klithik digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.
  • Kisah-kisah dalam wayang sering mengandung unsur tasawuf (ajaran spiritual Islam).
  • Sunan Kalijaga adalah tokoh yang dikenal memanfaatkan wayang untuk mengislamkan masyarakat Jawa.

4. Identitas dan Warisan Budaya Jawa

  • Wayang Klithik adalah bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
  • Masih dilestarikan di daerah Jawa Timur dan Yogyakarta sebagai bagian dari seni wayang.
  • Menjadi simbol keindahan seni ukir, cerita rakyat, dan musik gamelan.

5. Ritual dan Upacara Adat

  • Dipertunjukkan dalam acara bersih desa sebagai doa untuk keselamatan dan kesejahteraan.
  • Sering dimainkan dalam upacara adat Jawa, seperti Ruwatan, untuk menghilangkan kesialan.
  • Beberapa kisah wayang dianggap sakral dan hanya dimainkan dalam acara tertentu.

Wayang Klithik bukan sekadar hiburan, tetapi juga memiliki peran besar dalam melestarikan budaya, mendidik masyarakat, dan menyebarkan ajaran moral serta agama.

Sebagai bagian dari warisan budaya Jawa, Wayang Klithik tetap dijaga dan dimainkan oleh seniman tradisional hingga saat ini.

Perbedaan Wayang Klithik dengan Wayang Kulit dan Wayang Golek

Wayang Klithik, Wayang Kulit, dan Wayang Golek adalah tiga jenis wayang yang populer di Indonesia. Meskipun memiliki fungsi yang mirip, ketiganya memiliki perbedaan dari segi bahan, bentuk, cerita, dan cara pertunjukan.











Aspek Wayang Klithik Wayang Kulit Wayang Golek
Bahan Kayu pipih (biasanya kayu waru atau pule) Kulit kerbau yang dikeringkan Kayu utuh yang dipahat dan dicat
Bentuk Pipih dan solid, tidak tembus cahaya Pipih dan berlubang agar efek bayangan terlihat Berbentuk tiga dimensi (3D) seperti boneka
Cara Memainkan Dipegang langsung atau menggunakan tangkai kayu Digunakan di balik layar putih (kelir) dengan lampu Digunakan seperti boneka dengan tangan dalang memasukkan tangan ke dalamnya
Cerita yang Ditampilkan Kisah Panji, sejarah Jawa, dan Islam Mahabharata, Ramayana, serta kisah moral dan Islam Mahabharata, Ramayana, serta cerita rakyat Sunda
Asal dan Penyebaran Berasal dari Jawa Timur dan berkembang di Yogyakarta Berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta Berasal dari Jawa Barat (khususnya budaya Sunda)
Musik Pengiring Gamelan sederhana, irama lebih fleksibel Gamelan lengkap dengan kendang, saron, dan gong Gamelan khas Sunda (degung), dengan kendang lebih dominan
Fungsi Utama Hiburan, pendidikan, dan dakwah Islam Hiburan, ritual, dan dakwah Islam Hiburan dan penyebaran nilai budaya Sunda

Wayang Klithik khas dengan bentuk kayu pipih, ceritanya banyak mengangkat kisah Panji dan sejarah Jawa. Untuk Wayang Kulit lebih terkenal karena dimainkan dengan efek bayangan, dengan cerita Mahabharata dan Ramayana.

Sedangkan, Wayang Golek lebih mirip boneka kayu 3D, banyak berkembang dalam budaya Sunda.

Perbandingan Wayang Klithik dan Jenis Wayang Lainnya

Wayang Klithik memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan jenis wayang lainnya seperti Wayang Kulit, Wayang Golek, Wayang Beber, dan Wayang Wong.

1. Perbandingan Berdasarkan Bahan









Jenis Wayang Bahan Utama
Wayang Klithik Kayu pipih (waru atau pule)
Wayang Kulit Kulit kerbau yang dikeringkan
Wayang Golek Kayu utuh yang dipahat seperti boneka
Wayang Beber Gambar cerita di atas gulungan kain atau kertas
Wayang Wong Manusia sebagai tokoh wayang (drama teater)

2. Perbandingan Berdasarkan Cara Memainkan









Jenis Wayang Cara Memainkan
Wayang Klithik Dipegang langsung atau menggunakan tangkai kayu
Wayang Kulit Digunakan di balik layar putih (kelir) dengan lampu
Wayang Golek Seperti boneka tangan, digerakkan oleh dalang
Wayang Beber Gambar dibentangkan dan diceritakan oleh dalang
Wayang Wong Manusia berakting seperti tokoh dalam cerita wayang

3. Perbandingan Berdasarkan Cerita yang Ditampilkan









Jenis Wayang Cerita yang Ditampilkan
Wayang Klithik Kisah Panji, sejarah Jawa, dan Islam
Wayang Kulit Mahabharata, Ramayana, kisah moral, dan Islam
Wayang Golek Mahabharata, Ramayana, serta cerita rakyat Sunda
Wayang Beber Legenda lokal, seperti Jaka Tarub dan Panji
Wayang Wong Kisah Mahabharata, Ramayana, dan legenda Jawa

4. Perbandingan Berdasarkan Daerah Penyebaran









Jenis Wayang Daerah Penyebaran
Wayang Klithik Jawa Timur dan Yogyakarta
Wayang Kulit Jawa Tengah dan Yogyakarta
Wayang Golek Jawa Barat (Sunda)
Wayang Beber Jawa Tengah (Pacitan)
Wayang Wong Seluruh Pulau Jawa

5. Perbandingan Berdasarkan Musik Pengiring









Jenis Wayang Musik Pengiring
Wayang Klithik Gamelan sederhana, kendang, saron
Wayang Kulit Gamelan lengkap (gamelan Jawa)
Wayang Golek Gamelan khas Sunda (degung)
Wayang Beber Tidak ada musik, hanya narasi dalang
Wayang Wong Gamelan dan vokal para pemain

Wayang Klithik unik karena berbentuk kayu pipih, lebih sederhana dari Wayang Kulit dan Golek. Lalu Wayang Kulit lebih terkenal karena dimainkan dengan efek bayangan.

Sedangkan, Wayang Golek lebih mirip boneka dan berkembang di Jawa Barat. Serta Wayang Beber adalah kisah bergambar, sementara Wayang Wong dimainkan oleh manusia seperti drama teater.

Kesimpulan

Wayang Klithik adalah bentuk seni tradisional yang unik, menggabungkan nilai budaya, sejarah, dan seni pertunjukan. Meski tidak sepopuler Wayang Kulit, seni ini tetap dilestarikan di beberapa daerah di Jawa Timur dan Yogyakarta. (Z-4)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/755128/wayang-klithik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *