Koranriau.co.id-
Jakarta –
Nasi goreng kaki lima di Jalan Daksa II, Jakarta Selatan ini sudah ada sejak 1967. Racikannya unik karena dimasak tanpa minyak dan disajikan dengan irisan cabai rawit hijau yang pedas segar. Mantul!
Penjual nasi goreng gerobakan atau kaki lima tersebar di penjuru Jakarta. Setiap pencinta nasi goreng pun pasti sudah punya tempat makan favoritnya masing-masing.
Bagi yang di selatan Jakarta, kamu bisa mencoba Nasi Goreng Cabe Rawit Daksa II. Tempat makannya tergolong ‘hidden gem’ karena ‘tersembunyi’ di antara perumahan-perumahan elit di kawasan Selong, Kebayoran Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjualnya menempati bagian depan bangunan bekas kafe yang kini sudah dialihfungsikan pemiliknya sebagai gudang pribadi. detikfood (16/4/2025), bertemu dengan pemilik Nasi Goreng Cabe Rawit Daksa II, Eno. Ia berbagi kisah usaha nasi goreng yang dirintis sang kakek ini.
Berawal dari usaha nasi goreng keliling tahun 1967
![]() |
Eno mengatakan kakeknya yang asli Pekalongan dulu menjajakan nasi goreng gerobakan dengan cara berkeliling pada tahun 1967. Sang kakek melintas di Karet sampai ke Senayan.
Lalu gerobak nasi goreng kakek Eno ‘mangkal’ di Taman Gunawarman sekitar tahun 1980an. “Sampai akhirnya digusur, terus pindah ke sini (Jalan Daksa II) tahun 2002 karena sudah tidak ada tempat lagi,” ujar Eno.
Jalan Daksa sengaja dipilih karena dekat dengan lokasi awal kakek Eno berjualan. “Yang dekat dari lokasi awalnya saja,” kata Eno.
Nasi goreng disangrai tanpa minyak
![]() |
Sejak awal dijual, Eno mengatakan ada keistimewaan proses pembuatan nasi goreng di sini. Nasi goreng dimasak tanpa minyak dan MSG, tapi tetap gurih. “Di bumbu halusnya memang nggak pakai minyak, tapi ada bahan yang kita pakai itu bisa mengeluarkan sedikit minyak,” kata Eno.
Proses kuncinya adalah sangrai dimana penjual harus terus menerus mengaduk bumbu di atas wajan berdiameter 26 cm agar tidak gosong. “Pertama, kita masukkan bumbu halus bersama telur. Setelah itu kita sangrai sampai kering. Setelah kering kita masukkan garam yang sudah ditakar juga. Lalu kita masukin nasi dan kecap manis,” terang Eno.
Tahap selanjutnya pengadukan bumbu sampai rata dan mencapai kondisi setengah matang. Baru kemudian nasi goreng disisihkan. Dalam sekali proses masak ini bisa untuk 30 porsi sekaligus.
Eno melanjutkan, “Setelah itu tinggal menunggu pesanan. Biasanya kalau sudah dapat pesanan, kita langsung sangrai lagi nasi goreng, baru disajikan.”
Setiap hari, Eno dan timnya menyiapkan bumbu halus nasi goreng sejak pukul 6 pagi. Mereka juga menyiapkan kondimen berupa emping dan acar timun. Setelah itu, pukul 11 siang baru mulai masak nasi. Semua dilakukan di dapur operasional di kawasan Bintaro.
Cita rasa dan keunikan nasi goreng di Jalan Daksa ada di halaman selanjutnya.
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://food.detik.com/warung-makan/d-7874772/uniknya-nasi-goreng-jalan-daksa-tanpa-minyak-dan-pakai-irisan-cabai-rawit