Koranriau.co.id-

SURAT Al-Falaq merupakan surat ke-113 dalam Al-Qur’an dalam bagian terakhir yaitu juz amma atau juz 30. Namun, dalam urutan turunnya, ia merupakan surat ke-20 setelah Surat Al-Fil. Keberadaannya setelah Surat Al-Ikhlas dan sebelum Surat An-Nas.
Surat Al-Falaq terdiri dari 5 ayat dan termasuk surat Makiyah. Nama surat terambil dari ayat pertama.
Al-Falaq berarti waktu subuh. Ia memiliki nama lain qul a’audzu birabbil falaq dan al-muawwidzat al-‘ula.
Surat Al-Falaq turun satu paket dengan surat An-Nas. Menurut pendapat Hasan, Atha’, Ikrimah, dan Jabir, keduanya surat Makiyah. Ini merupakan pendapat mayoritas.
Namun ada juga yang berpendapat keduanya ialah surat Madaniyah. Ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas dan Qatadah.
Surat An-Nas merupakan surat ke-114 dalam Al-Qur’an alias surat penutup karena berada di bagian paling akhir Al-Qur’an. Surat ini terdiri dari 6 ayat dan termasuk Makiyah.
An-Nas berarti manusia. Kata ini sering terulang dalam banyak ayat sejak ayat pertama. Nama lainnya ialah Qul a’udzu birabbin nas dan al-muawwidzah tsaniyah.
Surat An-Nas diturunkan setelah Surat Al-Falaq. Kedua surat, Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas, disebut Surat Mu’awwidzatain. Maksudnya, dua surat yang menuntun pembacanya menuju tempat perlindungan.
Sebagian ulama lebih detail menyebut surat An-Nas merupakan surat ke-21 yang turun kepada Rasulullah. Ini berarti Surat An-Nas turun sesudah Surat Al-Falaq dan sebelum Surat Al-Ikhlas.
Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas juga memiliki nama Al-Muqasyqisyatain. Maknanya, dua surat yang membebaskan manusia dari kemunafikan.
Lebih jelasnya, simak penjelasan mengenai asbabun nuzul, pesan, keutamaan, dan tulisan Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas. Semangat mengaji.
Asbabun nuzul Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas
Asbabun nuzul Surat Al-Falaq yaitu saat kafir Quraisy Mekah berupaya mencederai Rasulullah dengan ‘ain, yakni pandangan mata yang merusak atau membinasakan. Ada kepercayaan tertentu bahwa mata melalui pandangannya bisa membinasakan. Memang ada orang-orang tertentu yang matanya demikian.
Karena itu, Allah menurunkan dan mengajarkan Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas kepada Rasulullah untuk menangkalnya. Ini asbabun nuzul yang menjadi tumpuan pendapat bahwa Surat Al-Falaq ialah Makiyah.
Asbabun nuzul yang menjadi dasar pendapat ayat ini Madaniyah yaitu diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW saat seorang Yahudi Madinah bernama Lubaid bin A’sham menyihir beliau.
Baca juga: 37 Surat dalam Juz Amma dengan Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan
Lubaid bin A’sham menyihir Rasulullah dengan media pelepah kurma berisi rambut beliau yang rontok ketika bersisir, beberapa gigi sisir beliau, serta benang yang terdapat 11 ikatan yang ditusuk jarum. Lalu Allah menurunkan Surat Al-Falaq dan An-Nas.
Setiap Rasulullah membaca satu ayat, terlepaslah satu ikatan hingga Rasulullah merasa lebih ringan. Ketika beliau selesai membaca seluruh ayat, terlepaslah seluruh ikatan tersebut.
Namun Ibnu Katsir menolak riwayat asbabun nuzul ini. Beliau menguatkan pendapat bahwa Surat Al-Falaq dan An-Nas ialah surat Makiyah.
Pesan utama Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas
Berikut pesan utama Surat Al-Falaq.
1. Allah memerintahkan kita untuk memohon perlindungan hanya kepada Allah yang memiliki waktu subuh.
2. Kita memohon perlindungan dari kejahatan makhluk, kejahatan saat malam, kejahatan tukang sihir, dan kejahatan orang yang dengki.
Berikut pesan utama Surat An-Nas.
1. Allah memerintahkan kita agar berlindung kepada Allah sebagai Pemilik dan Sesembahan manusia.
2. Kita berlindung dari segala macam kejahatan yang memasuki jiwa manusia, baik dari jin maupun manusia.
Baca juga : Urutan 30 Surat Juz Amma Lengkap Arab, Latin, dan Arti
Keutamaan Surat Mu’awidzatain
Berikut keutamaan Surat Mu’awidzatain.
1. Surat Muawidzatain termasuk dalam Al-Mufashshal.
Surat pendek ini diberikan kepada Rasulullah SAW sebagai tambahan. Dengan demikian, beliau memiliki keutamaan dan keistimewaan dibandingkan dengan nabi-nabi sebelumnya.
2. Menjadi wasilah pembebas dari sihir.
Zaim bin Arqam pernah bercerita bahwa Nabi pernah disihir oleh seorang Yahudi hingga beliau sakit selama beberapa hari. Jibril pun mendatanginya dengan membaca Surat Muawidzatain dan berkata, “Seorang Yahudi telah menyihirmu dan telah mengikat beberapa buhul di sumur fulan.”
“Nabi SAW mengutus Ali bin Abi Thalib untuk mengeluarkan buhul dari sumur tersebut dan membawanya kepada Nabi. Lalu Rasulullah memerintahkah Ali untuk melepaskan ikatan tersebut hingga Nabi dapat berdiri seakan-akan baru terlepas dari ikatan.”
“Namun, Nabi SAW tidak menyampaikan hal tersebut kepada Yahudi yang telah menyihir itu. Aku juga tidak pernah lagi melihat mukanya.” (HR Ahmad VII: 112).
3. Belum pernah ada surat yang menyerupainya.
Uqbah bin Amir meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah engkau melihat beberapa ayat yang telah diturunkan kepadaku malam ini yang selama ini tidak ada yang menyerupainya?” Lalu Rasulullah membaca Surat Muawidzatain sampai selesai. (HR Muslim VI: 96).
4. Menjadi obat bagi pembacanya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat ini (Surat Muawidzatain) atas orang yang sakit, dengan izin Allah hingga subuh, surat ini menjadi obat bagi orang yang membacanya.”
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membacanya sebelum tidur, ia dalam penjagaan Allah hingga subuh. Surat ini menjadi pelindung dari segala penyakit, rasa sakit, dan bahaya. Ia menjadi obat bagi orang yang membacanya.” (Tafsirul Burhan, Juz 8: 444).
5. Doa atau wasilah agar dijauhkan dari jin beserta gangguannya.
Ash-Shidiq berkata, “Barangsiapa yang membacanya setiap malam di dalam rumahnya, ia aman dari jin dan gangguannya. Dan barangsiapa yang menulisnya dan mengalungkannya kepada anak-anak kecil, mereka terlindungi dari jin, dengan izin Allah.” (Tafsirul Burhan, Juz 8: 444).
6. Rasulullah SAW senantiasa membacanya ketika mendirikan salat witir.
Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW dalam dua rakaat sebelum witir membaca sabbihisma rabbikal-a’la dan Surat Al-Kafirun. Adapun dalam witir beliau membaca Al-Ikhlas dan Surat Muawidzatain.
Abu Ja’far berkata, “Barangsiapa yang membaca Surat Muawidzatain dan Al-Ikhlas, dikatakan kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, berbahagialah, karena Allah telah menerima salat witirmu.'” (At-Tahdzib, Juz 2: 127).
Dok bersamadakwah.net.
Tulisan Surat Al-Falaq
Berikut tulisan Surat Surat Al-Falaq. Seyogianya kita dapat menulis Surat Al-Falaq dengan benar.
Bahasa Arab
.قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ . مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ . وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ . وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ . وَمِنْ شَرِّحَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Bahasa Latin
Qul a’uudzu birabbil falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin naffaatsaati fil ‘uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.
Terjemahan
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”
Dok bersamadakwah.net.
Tulisan Surat An-Nas
Berikut tulisan Surat An-Nas. Seyogianya kita dapat menulis Surat An-Nas dengan benar.
Bahasa Arab
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ . مَلِكِ النَّاسِ . إِلَهِ النَّاسِ . مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Bahasa Latin
Qul a’uudzu birabbinnaas. Malikin naas. Ilaahin naas. Min syarril waswaasil khannaas. Al ladzii yuwaswisu fii shuduurin naas, minal jinnati wan naas.
Terjemahan
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
Demikianlah penjelasan mengenai asbabun nuzul, pesan, keutamaan, dan tulisan Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas. Semoga bermanfaat. (Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/734176/surat-al-falaq-dan-an-nas-asbabun-nuzul-pesan-keutamaan-tulisannya-