Koranriau.co.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengakui pasokan kelapa bulat di dalam negeri terbatas akibat tingginya permintaan ekspor.
Kondisi ini berdampak pada kenaikan harga di pasar domestik, bahkan mencapai 50 persen dalam beberapa waktu terakhir.
“Kelapa itu kan banyak permintaan ekspor juga ya. Terus industri di dalam negeri juga banyak minta. Jadi industri di dalam negeri karena banyak yang ekspor, juga kadang-kadang keseluruhan dapat barang dan sebagainya. Itu memang masalahnya itu,” ujar Budi di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pedagang mengeluhkan kesulitan mendapatkan pasokan kelapa, sementara harga melonjak tajam. Awalnya, harga kelapa di tingkat pedagang berkisar Rp10 ribu, tetapi kini naik menjadi Rp15 ribu per butir.
Budi menduga kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan dari pasar ekspor yang menawarkan harga lebih tinggi.
Sebagai langkah antisipasi, ia mengatakan pemerintah berencana melakukan evaluasi menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk industri dalam negeri, eksportir, dan petani.
“Kita akan evaluasi bareng-bareng. Kan dari sisi industri, dari sisi eksportir, petani kan harus berkumpul bareng. Kan kita lihat juga harganya,” kata Budi.
Dirinya menegaskan keseimbangan antara kebutuhan dalam negeri dan ekspor harus tetap dijaga agar tidak menimbulkan kelangkaan dan lonjakan harga di pasar domestik.
Namun, hingga saat ini belum ada kebijakan spesifik yang diambil terkait pengendalian ekspor kelapa atau peningkatan pasokan dalam negeri.
Sebelumnya, salah satu pedagang kelapa di Pasar Senen, Nur Laela (50), menyebut harga kelapa saat ini sudah mencapai Rp15 ribu per butir, dan diperkirakan akan naik hingga Rp25 ribu hingga Rp35 ribu menjelang Lebaran.
Menurutnya, lonjakan harga ini bukan semata-mata karena bulan puasa, melainkan akibat ekspor yang menyebabkan kelangkaan pasokan di dalam negeri.
“Kata bosku, dari Sumatera-nya (kelapa) enggak turun ke Jawa, diekspor ke Malaysia, makanya sulit. Ini (kenaikannya) bukan karena Lebaran atau puasa, sudah tiga bulan naik duluan,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Selasa (18/3).
Ia juga mengungkapkan tiga bulan lalu kelapa sempat langka di pasaran, dan harga Rp10 ribu per butir kini sudah tidak mungkin lagi diterapkan.
Selain harga yang melambung, permintaan kelapa juga mengalami penurunan drastis. Biasanya, dalam sehari ia bisa menjual 100 butir kelapa, tetapi sekarang satu keranjang pun sulit habis.
“Bulan puasa sudah dua minggu lewat, biasanya kan kenceng. Sekarang memble, sekeranjang aja enggak abis,” keluhnya.
Laela juga menjelaskan pedagang semakin kesulitan karena meski harga bahan baku naik, keuntungan justru menipis.
Konsumen banyak yang mengeluh dengan kenaikan harga, sementara pedagang tetap harus menanggung biaya tambahan untuk pengolahan kelapa menjadi santan.
“Kalau sudah diparut, diperas, itu enggak ada ongkos lagi, udah risiko saya. Sekarang kan masakan Padang pakai santan,” terangnya.
(del/sfr)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250321195631-92-1211731/mendag-akui-stok-kelapa-langka-dan-mahal-gegara-tingginya-ekspor