Koranriau.co.id-

ZAMAN dulu sumber air bisa didapatkan dari mana saja baik dalam tanah maupun sungai yang bersih. Sungai yang bersih menjadi penopang hidup masyarakat sekitar.
“Kini, semakin mudah mendapat air dari keran membuat manusia manja dan lupa sumber air dari salah satunya sungai yang sudah banyak sampah dan pemukiman,” kata Koordinator Sobat Air Jakarta, John William Candra, Minggu (23/3),
Maka sumber air perlu diperhatikan yang bisa dimulai dari kebersihan sungai atau mata air lainnya yang harus diperhatikan masyarakat.
Ia menceritakan tim dari Sobat Air Jakarta pernah melakukan pembersihan sampah di sungai Jakarta dengan hasil 121 ribu meter kubik atau dua setengah Monas hanya dalam waktu 3 bulan.
“Jika masyarakat semakin lalai tentang kebersihan sungai dan mata air maka akan sangat berdampak untuk masyarakat sekitar itu sendiri. Jika banyak sampah maka berakibat banjir terus menerus, dan menyebabkan penyebaran mikroplastik yang bisa masuk ke dalam tubuh,” ujarnya.
Kepala Seksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta Kamil Salim mengatakan pemerintah daerah memiliki saringan sampah di daerah TB Simatupang untuk pengurangan sampah.
Maka diperlukan pembaharuan pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah. Dulu ada istilah kumpul, angkut, dan buang yang berujung di Bantar Gebang yang kini sudah menjadi bukit sampah. Namun sekarang masyarakat bisa melakukan kurangi, pilah, dan olah sesuai jenisnya.
“Pilihan sampah bisa memberikan nilai ekonomi. Saya imbau peduli terhadap sampah karena SDA sangat terpengaruh pada sampah. Saya juga ingatkan buang sampah sembarangan itu bisa terkena sanksi. Maka silahkan foto kirim ke suku dinas (sudin) lingkungan hidup, pelaku bisa terkena denda Rp100 ribu sampai Rp500 ribu,” ungkapnya.
Ia mengatakan saat ini sampah sehari dari DKI Jakarta sebanyak 8 ribu ton yang dikirim ke Bantar Gebang maka perlu pilah kurangi dan olah bisa dilakukan di rumah.
Dari sisi kesehatan sumber air yang tercemar bisa berdampak sangat bahata kepada tubuh karena mengandung mikroplastik yang bisa menyebabkan penyakit berbahaya seperti kanker.
Dokter Spesialis Bedah Onkologi, IHC RS Pusat Pertamina, Arif Kurniawan menjelaskan sampah dari sungai akan mengalir ke laut lalu terkumpul dan dimakan oleh hewan laut seperti ikan, gurita, atau lainnya. Kemudian hewan tersebut ditangkap oleh nelayan dan disajikan di meja makan.
Hewan laut tersebut mengandung mikroplastik yang sangat berbahaya bagi tubuh bila dikonsumsi.
“Bila dikonsumsi bisa terjadi akumulasi yang tidak bisa ditoleransi tubuh maka jadi penyakit hingga menyebabkan tumbuh kanker dan paling sering terjadi yakni kanker usus besar karena zat makanan dan cairan yang dikonsumsi merupakan benda asing yang sudah mengandung mikroplastik yang memicu metosis dan menjadi anomali, akhirnya tumbuh sel abnormal yang menimbulkan kanker,” urainya. (H-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/754706/lalai-kebersihan-sungai-pengaruhi-kualitas-sumber-air-