Koranriau.co.id-

SALAH satu rukun salat Jumat yaitu khutbah Jumat. Para khatib biasanya membacakan khutbah sebelum mendirikan salat Jumat. Lantas apa isi khutbah Jumat yang layak disampaikan kepada umat Islam?
Bagi khatib Jumat yang kehabisan materi khutbah, mungkin bahan ini dapat dijadikan khutbah Jumat yang bermanfaat. Dalam bahan khutbah Jumat ini, diangkat kisah Nabi Muhammad SAW dengan cucunya.
Pesan utamanya yaitu berharap penuh kepada Allah SWT, bukan makhluk-Nya. Lebih lengkapnya, silakan simak tulisan khutbah Jumat di bawah ini.
Khutbah pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah Jumat pada hari ini, kami sampaikan kisah menarik tentang salah satu cucu Baginda Nabi Muhammad SAW, Sayidina Hasan, putra Sayidina Ali bin Abi Thalib.
Suatu ketika, Hasan didera krisis keuangan. Biasanya dia mendapatkan kiriman setiap tahun sebanyak 100 ribu inar. Namun pada suatu tahun, Muawiyah tidak mengirimkan hak itu kepadanya sehingga dia mengalami kesusahan.
Hasan berkata, “Aku bermaksud meminta tinta kepada seorang sahabat untuk menulis surat kepada Muawiyah tentang bagianku, tetapi aku urung melakukannya.” Tiba-tiba dalam tidurnya ia bermimpi Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bertanya, “Bagaimana keadaanmu, ya Hasan?”
“Baik, ayah.” Kemudian, ia melaporkan krisis yang tengah dihadapi.
Kemudian, Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kau meminta tinta untuk menulis surat kepada makhluk sepertimu guna mengutarakan masalahmu itu?”
Dijawab, “Benar, ya Rasulullah. Lalu, apa yang sebaiknya kulakukan?”
Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah doa ini,
اَللَّهُمَّ اقْذِفْ فِى قَلْبِي رَجَاءَكَ وَاقْطَعْ رَجَائِي عَمَّنْ سِوَاكَ، حَتَّىٰ لاَ أَرْجُو اَحَدًا غَيْرَكَ. اَللَّهُمَّ وَمَا ضَعُفَتْ عَنْهُ قُوَّتِي وَقَصُرَ عَنْهُ عَمَلِي وَلَمْ تَنْتَهِ إِلَيْهِ رَغْبَتِي وَلَمْ تَبْلُغْهُ مَسْأَلَتِي وَلَمْ يَجْرِ عَلَىٰ لِسَانِي مِمَّا أَعْطَيْتَ اَحَدًا مِنَ اْلاَوَّلِيْنَ وَٱلْآخِرِيْنَ مِنَ ٱلْيَقِيْنِ فَخُصَّنِي بِهِ، يَارَبَّ ٱلْعَالَمِيْنَ
“Ya Allah, tanamkan dalam dadaku harapan kepada-Mu dan putuslah harapanku kepada selain-Mu hingga tidak kugantungkan harapanku kepada selain-Mu. Ya Allah, apa saja yang kekuatanku tidak sanggup melakukannya, upayaku tidak sanggup menggapainya, keinginan tidak sampai kepadanya, pencarianku tidak berujung kepadanya, serta keyakinan yang belum kusebut, namun telah Engkau berikan kepada seseorang di masa lalu dan masa mendatang, maka berikanlah itu kepadaku, wahai Tuhan semesta alam.”
Kata Sayidina Hasan, “Demi Allah, belum sepekan aku membaca doa ini, Muawiyah sudah mengirimiku uang sebanyak 1,5 juta dinar. Lalu, aku katakan, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak pernah melupakan orang yang mengingat-Nya dan tidak pernah mengecewakan orang yang meminta kepada-Nya.'”
Sayidina Hasan melanjutkan, “Aku kembali melihat Rasulullah SAW dalam mimpiku. Beliau bertanya, ‘Bagaimana keadaanmu, ya Hasan?”
“Baik, ya Rasulullah.” Lalu, ia ceritakan yang telah terjadi setelahnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai anakku, seperti itulah keadaan orang yang berharap kepada Khaliq (Allah SWT), bukan berharap kepada makhluk.”
Kaum muslimin hafizhakumullah
Kisah yang tertuang dalam kitab Taarikhul Khulafa’ karya Imam Suyuthi itu menyiratkan pelajaran tentang kita harus memosisikan harapan hanya kepada Allah SWT dan berbaik sikap sangka kepada-Nya. Meminta kepada makhluk apalagi sampai merendahkan diri kepadanya ialah sikap yang harus kita hindari.
Berharap kepada Allah SWT ialah salah satu ibadah kalbu yang memiliki pengaruh dalam iman seorang muslim. Beberapa pengaruh positif yang akan dirasakan oleh setiap kita yang menyandarkan harapan kepada Allah SWT.
Pertama, menunjukkan sikap butuh kepada Allah SWT sehingga seorang hamba akan merasa senang dan nyaman untuk meminta hanya kepada Allah SWT, bukan kepada makhluk.
Semakin tinggi harapan kepada Allah SWT, semakin menambah sikap mahabbah kepada-Nya SWT. Sikap mahabbah mengantarkan kepada derajat yang lebih tinggi yaitu syukur, baik dengan lisan, hati, maupun perbuatan.
Syukur kepada Allah SWT akan meningkatkan ma’rifah (pengenalan) terhadap sifat-sifat-Nya yang Agung. Dengan demikian, sikap raja’ (berharap) pintu masuk kepada mahabbah, mahabbah pintu masuk kepada syukur, syukur pintu masuk menuju ma’rifatullaah.
Allah SWT berfirman,
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ اِلٰى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهٗ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهٗۗ اِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوْرًا
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al-Isra’ : 57).
Jemaah salat Jumat
Kedua, berharap kepada Allah SWT merupakan salah satu bukti cinta kepada Sayiduna wa Maulana Muhammad SAW. Firman Allah SWT, kepada orang yang berharap kepada Allah SWT, Hari Akhir, dan banyak berzikir.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab : 21).
Pengaruh raja’ ketiga, menjadi pendorong dalam diri kita untuk bertobat dan kembali kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda,
لو يعلَمُ المؤمِنُ ما عندَ اللهِ مِنَ العقوبَةِ، ما طَمِعَ في الجنةِ أحدٌ، ولَوْ يَعْلَمُ الكافِرُ ما عندَ اللهِ مِنَ الرحمةِ ما قنطَ مِنَ الجنةِ أحدٌ
Andai seorang mukmin itu menyadari pedihnya azab Allah, niscaya tidak akan ada orang yang berharap surga. Andai seorang kafir itu menyadari betapa luasnya rahmat Allah, tak akan ada orang yang putus asa dari mencari rahmat-Nya. (HR Muslim).
Di antara sebab diterimanya permohonan ampun ialah jika kita berbuat dosa, kita tidak mengharapkan pengampunan selain dari Allah, karena kita mengetahui bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa dan menghapuskannya selain Dia. Allah ta’ala berfirman ketika menyifati orang-orang yang beriman.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mereka mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran: 135).
Sayidina Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku doa yang saya berdoa dengannya dalam salatku.”
Rasulullah SAW bersabda,
قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .
Katakanlah, “Ya Allah sesungguhnya aku menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu serta sayangilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR Bukhari-Muslim).
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT
Keempat, sikap harap kepada Allah SWT mengantarkan pada sikap baik sangka kepada Allah SWT. Baik sangka kepada Allah SWT menjadi tangga untuk naik ke maqom yang tinggi di sisi-Nya.
Wajibnya berbaik sangka kepada Allah lebih ditekankan lagi ketika kita merasakan bahwa ajal telah dekat, sehingga harapan untuk mendapatkan ampunan menjadi sesuatu yang mendominasi kehidupan kita.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian mau, akan aku beritakan kepada kalian, apa yang pertama-tama dikatakan Allah kepada orang-orang mukmin pada hari Kiamat dan apa yang mereka katakan kepada-Nya? Mereka menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah berkata kepada orang-orang mukmin, ‘Apakah kamu sekalian menyukai pertemuan dengan-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Tuhan kami.’ Allah bertanya, ‘Mengapa?’ Mereka menjawab, ‘Kami mengharap ampunan dan maghfirah-Mu.’ Dan Dia berkata, ‘Ampunan-Ku kepada kalian adalah sesuatu yang wajib.'” (HR Ahmad).
Demikianlah hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Sayidina Hasan kala berjumpa Rasulullah SAW dalam mimpi. Kisah yang mengajarkan kepada kita untuk menjadi hamba yang selalu berharap rahmat dan ampunan Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Itulah contoh khutbah Jumat yang dapat digunakan para khatib. Semoga bermanfaat. (Z-2)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/humaniora/733185/khutbah-jumat-empat-manfaat-berharap-kepada-allah