Koranriau.co.id –
Pengelola sendiri juga mengantisipasi stigma negatif terkait nikel.
Oleh karena itu, IMIP mengambil sejumlah langkah mulai dari pengelolaan air limbah, pengendalian emisi, penghijauan, pengentasan isu sampah hingga dukungan pengembangan pendidikan dan kesehatan masyarakat sekitar kawasan.
Pengelola juga secara bertahap melakukan transformasi penerapan energi baru terbarukan yang rendah karbon.
Ini di antaranya adalah transisi energi pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), serta pengoperasian alat berat bertenaga listrik seperti dump truck & wheel loader.
Satu dekade telah berdiri, pengelola Kawasan IMIP ternyata tak berpuas diri.
Pasalnya, masih ada mimpi yang ingin dikejar. Salah satunya, mengembangkan mata rantai pengolahan nikel hingga bisa memproduksi baterai listrik. Hal ini sejalan dengan semangat hilirisasi yang didorong oleh pemerintahan Presiden ke-8, Prabowo Subianto.
“Kami sama-sama ingin maju,” kata Deputi Direktur Operasional IMIP Yulius Susanto. “Terutama untuk menuju Indonesia Emas 2045.”
Dan bisa jadi, pernyataan Yulius bikin Suryadi tak hanya mengenang Desa Fatufia sebagai tempat dia lahir dan dibesarkan, yang tak punya jaringan telepon serta listrik, dan sepi ditinggal merantau oleh anak mudanya.
Dia mungkin mengingatnya sebagai tempat lahirnya mimpi baru hilirisasi yang kian tumbuh besar.
Desa Fatufia yang kini terang, sibuk, dan bernyawa. Menjadi jantung ekonomi dan tumpuan hidup para warganya.
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250213113825-539-1197832/imip-nikel-dan-sepiring-hati-untuk-indonesia-emas-2045