Nasional

Hamas Ancam Tunda Pembebasan Sandera, Israel Siapkan Opsi Militer

Koranriau.co.id-

Hamas Ancam Tunda Pembebasan Sandera, Israel Siapkan Opsi Militer
Hamas mengancam akan menunda pelepasan sandera yang dijadwalkan pada Sabtu, menuduh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata.(Media Sosial X)

HAMAS mengancam akan menunda pelepasan sandera berikutnya yang dijadwalkan berlangsung di Gaza, Sabtu “hingga pemberitahuan lebih lanjut,” dengan menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata.  

Israel menyebut ancaman penundaan tersebut sebagai “pelanggaran total terhadap gencatan senjata”. Hamas meminta militer Israel untuk bersiap menghadapi “segala kemungkinan skenario” di Gaza.  

Dalam sebuah unggahan di X pada Senin, Abu Obeida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengatakan serah terima tahanan “yang seharusnya dibebaskan pada Sabtu mendatang … akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, dan hingga pihak pendudukan mematuhi serta mengganti hak-hak yang seharusnya diberikan dalam beberapa minggu terakhir secara retrospektif.”  

Ia menambahkan, “Kami menegaskan komitmen kami terhadap ketentuan perjanjian selama pihak pendudukan juga mematuhinya.”  

Namun, dalam pernyataan selanjutnya, Hamas mengatakan masih ada kesempatan bagi pembebasan sandera untuk tetap berjalan sesuai rencana. Hamas menyatakan  langkah ini “berfungsi sebagai peringatan” bagi Israel dan dimaksudkan untuk menekan Israel agar “sepenuhnya menghormati” ketentuan kesepakatan gencatan senjata.  

“Dengan mengeluarkan pernyataan ini lima hari penuh sebelum jadwal serah terima tahanan, Hamas bertujuan memberi waktu yang cukup bagi para mediator untuk menekan pihak pendudukan agar memenuhi kewajibannya,” demikian bunyi pernyataan tersebut. “Ini juga membuka peluang agar pertukaran tetap berlangsung sesuai rencana, asalkan pihak pendudukan mematuhi kesepakatan.”  

Abu Obeida merinci berbagai dugaan pelanggaran perjanjian yang dilakukan Israel dalam tiga minggu terakhir, termasuk “menunda kembalinya para pengungsi ke Jalur Gaza utara, menargetkan mereka dengan serangan dan tembakan di berbagai wilayah, serta tidak mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan dalam semua bentuk sesuai kesepakatan.” 

Hamas juga menuduh Israel tidak mengizinkan masuknya tenda, rumah prefabrikasi, bahan bakar, atau peralatan untuk membersihkan puing-puing ke Gaza. Selain itu, Hamas mengklaim bahwa Israel juga menunda masuknya obat-obatan esensial dan pasokan rumah sakit.  

Menanggapi pengumuman Hamas, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa ia telah menginstruksikan militer negara itu untuk “bersiap dalam tingkat kewaspadaan tertinggi menghadapi segala kemungkinan skenario di Gaza.”  

Menteri pertahanan menyebut langkah Hamas sebagai “pelanggaran total terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.”  

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kemudian menyatakan mereka “menaikkan tingkat kesiapan di Israel selatan dan menunda cuti bagi tentara tempur,” serta akan memperkuat wilayah tersebut guna meningkatkan “kesiapan menghadapi berbagai skenario.”  

Seorang pejabat Israel mengatakan kepada CNN pada Senin, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang berkonsultasi dengan tim kepemimpinan keamanannya. Ppertemuan kabinet politik-keamanan yang dijadwalkan pada pukul 19.00 waktu setempat pada Selasa telah dimajukan ke pagi hari karena pengumuman Hamas.  

 ‘Waktu adalah hal yang krusial’  

Ancaman Hamas untuk menunda pelepasan sandera berikutnya merupakan tantangan serius terhadap gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas—tetapi ini tidak serta-merta menjamin runtuhnya kesepakatan.  

Ancaman Hamas muncul di saat yang sangat sensitif bagi Israel, di mana gambar tiga sandera kurus kering yang dibebaskan pada hari Sabtu telah membekas di benak publik dan meningkatkan urgensi untuk membebaskan mereka yang masih ditahan di Gaza.  

Pemerintah Israel juga lamban dalam bernegosiasi ulang dengan Hamas mengenai perpanjangan gencatan senjata saat ini, sementara politisi sayap kanan sudah menyerukan untuk kembali berperang di Gaza.  

Sementara itu, usulan Presiden AS Donald Trump untuk secara permanen memindahkan warga Palestina dari Gaza dan agar Amerika Serikat “menguasai” wilayah tersebut telah menambah ketidakpastian dalam proses ini.  

Menekankan pentingnya situasi ini bagi pemerintah Israel, para pengunjuk rasa berkumpul di Tel Aviv pada Senin malam, menyerukan pembebasan semua sandera yang tersisa dan menuduh Netanyahu menggagalkan kesepakatan.  

“Pemerintah Israel baru saja menggagalkan kesepakatan. Perdana menteri baru saja menggagalkan kesepakatan, dan para sandera tidak akan dibebaskan pada hari Sabat. Kami tidak bisa menerima ini,” kata Danny Elgarat, saudara dari Itzhak Elgarat, 69, dalam sebuah video yang dilihat CNN. Menurut pemerintah Israel, Itzhak seharusnya dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan Gaza.  

Meskipun ancaman Hamas ini serius, ini bukan pertama kalinya keluhan diajukan kepada mediator. Hamas dan Israel saling menuduh melanggar perjanjian selama tahap pertama kesepakatan. Keluhan sebelumnya pada akhirnya dapat diselesaikan.  

Misalnya, ancaman Israel untuk menunda kembalinya warga Palestina ke Gaza utara akhirnya diselesaikan melalui diskusi dengan para mediator.  

Setelah kabar ini beredar, Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang menyatakan  mereka meminta bantuan segera dari negara-negara mediator untuk “membantu memulihkan dan menerapkan” kesepakatan gencatan senjata.  

“Kami berdiri bersama pemerintah Israel dan mendorong untuk mempertahankan kondisi yang akan memastikan kelanjutan sukses dari kesepakatan ini, yang akan membawa pulang saudara-saudara kami yang berjumlah 76 orang dengan selamat,” kata forum tersebut.  

“Bukti terbaru dari mereka yang telah dibebaskan, serta kondisi mengerikan dari para sandera yang dibebaskan pada hari Sabtu lalu, tidak menyisakan keraguan,” lanjut pernyataan itu. “Waktu adalah hal yang krusial, dan semua sandera harus segera diselamatkan dari situasi mengerikan ini.”  

Puluhan sandera masih berada di Gaza  

Hamas membebaskan tiga sandera, dalam pertukaran sandera terbaru sejak gencatan senjata diberlakukan pada 19 Januari.  

Sebagai gantinya, Israel membebaskan 183 tahanan Palestina, di mana 18 di antaranya menjalani hukuman seumur hidup. Mayoritas dari mereka telah ditahan di Gaza sejak 7 Oktober dan tidak memiliki dakwaan publik terhadap mereka.  

Hamas kini telah membebaskan total 16 sandera Israel sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, dari total 33 yang dijanjikan untuk dibebaskan secara bertahap dalam tahap ini. Delapan dari 33 orang tersebut telah dinyatakan tewas, menurut pemerintah Israel.  

Setelah pembebasan tiga sandera pada hari Sabtu, Hamas dan sekutunya masih menahan total 73 orang yang diculik dari Israel pada 7 Oktober 2023, dari 251 orang yang awalnya diculik. Tiga sandera tambahan, yang telah ditahan sejak 2014, masih berada di Gaza. (CNN/Z-3)

Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://mediaindonesia.com/internasional/742633/hamas-ancam-tunda-pembebasan-sandera-israel-siapkan-opsi-militer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *