Koranriau.co.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Gizi Nasional (BGN) menambahkan satu Prosedur Operasional Standar (SOP) dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah insiden keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sebagai tindak lanjut, BGN mewajibkan agar sisa makanan tak lagi dibersihkan di sekolah, melainkan dikembalikan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk diproses.
Kebijakan ini diharapkan dapat mencegah potensi kontaminasi yang mungkin terjadi dalam proses pembersihan makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dari peristiwa ini, Badan Gizi Nasional menambah satu SOP dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis, yaitu, sisa makanan tidak dibersihkan di sekolah tapi di SPPG,” ujar Kepala BGN Dadan Hindayana dalam keterangan resmi, Rabu (23/4).
Dadan mengunjungi langsung para siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur yang mengalami gejala gangguan kesehatan usai mengonsumsi makanan MBG. Ia berkata kunjungan itu menjadi bentuk empati dan tanggung jawab langsung dari BGN terhadap siswa yang terdampak.
“Saya sangat prihatin dan ikut merasakan kekhawatiran para orang tua. Anak-anak adalah masa depan bangsa dan kesehatan mereka adalah prioritas utama kami,” kata Dadan saat berdialog dengan siswa dan orang tua di fasilitas kesehatan tempat mereka dirawat.
SPPG Cianjur, yang memproduksi antara 2.071 hingga 3.470 porsi makanan setiap hari untuk sembilan sekolah, telah beroperasi sejak 15 Januari 2024.
Insiden keracunan ini adalah kejadian pertama sejak program MBG dilaksanakan di wilayah tersebut. Sebanyak 52 dari 788 siswa MAN 1 dan 20 dari 167 siswa SMP PGRI 1 dilaporkan mengalami gejala setelah mengonsumsi makanan. Seluruh siswa telah ditangani oleh tenaga medis.
Dadan mengatakan BGN saat ini masih menunggu hasil analisis laboratorium atas sampel makanan yang dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat. Hasilnya dijadwalkan keluar dalam waktu tujuh hingga 10 hari.
“Kami tidak ingin berspekulasi. Yang terpenting saat ini adalah memastikan anak-anak mendapatkan perawatan terbaik dan menjadikan kejadian ini sebagai pembelajaran besar untuk perbaikan sistem ke depan,” ujar Dadan.
Sebagai langkah lanjutan, selain menambah SOP terkait pengelolaan sisa makanan, BGN juga akan mengadakan pelatihan tambahan untuk memperkuat kapasitas SDM yang menangani dapur dan distribusi makanan.
Evaluasi menyeluruh akan dilakukan terhadap seluruh proses, mulai dari manajemen dapur, penyimpanan bahan pangan, hingga pengantaran makanan ke sekolah.
“Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh SPPG. Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan,” tambahnya.
Dadan menyebut perbaikan gizi melalui program MBG adalah investasi penting dalam mendukung kualitas sumber daya manusia. Ia menilai gizi yang baik berdampak langsung terhadap kesehatan, perkembangan otak, dan kecerdasan anak-anak di usia sekolah.
BGN juga telah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, pihak sekolah, serta pengelola dapur penyedia MBG untuk memperbaiki dan mengawasi setiap rantai pelayanan pangan. BGN mengimbau masyarakat tetap tenang dan menunggu hasil investigasi resmi yang akan disampaikan melalui kanal resmi.
“Kami hadir, kami mendengar, dan kami bergerak. Anak-anak Indonesia adalah tanggung jawab kita bersama. Dan kami tidak akan berhenti sampai mutu makanan bergizi di sekolah benar-benar terjamin. Karena dari gizi yang baik, tumbuh anak-anak yang cerdas, sehat, dan siap memimpin masa depan bangsa,” ujar dia lebih lanjut.
(del/agt)
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250423155608-92-1221783/cegah-kasus-keracunan-badan-gizi-tambah-sop-dalam-pelaksanaan-mbg